BELAJAR DARI FALSAFAH HIDUP DAN KEAJAIBAN DUNIA SEMUT
Jepara Satu Buku - Anda mungkin pernah mendengar kisah Iskandar Al-Maqduni, atau yang biasa disebut Alexander Agung ketika berada di medan perang. Ketika itu, ia berpikir keras memecahkan masalah yang dihadapinya. Dalam waktu sengggangnya, ia melihat seekor semut yang berusaha mendorong sebutir biji gandum. Iskandar Al-Maqduni terus memperhatikan strategi dan bagaimana cara semut itu bergerak naik ke atas. Karena beban semut itu terlalu berat, maka ia pun terjatuh. Namun ia terus bangkit lagi dan terus berusaha berkali-kali naik sambil mengangkat sebutir gandum itu, hingga akhirnya semut itu berhasil naik ke atas membawa apa yang ia dapatkan.
Secara tidak langsung semut kecil, makhluk yang lemah itu telah memberikan pelajaran yang cukup berharga untuk seeorang pemimpin dan komandan perang ini. Semenjak kejadian itu, Iskandar Al-Maqdumi pantang menyerah dan terus berjuang, sehingga berhasil mendapatkan kemenangan yang gemilang. Bagaimana dengan kita, mengapa kita tidak mau mengambil pelajaran dan hikmah dari semut? Sekalipun makhluk yang satu ini begitu kecil, tetapi banyak filsafat hidup yang bisa kita pelajari dan menjadi sumber inspirasi. Berikut beberapa falsafah hidup semut:
Falsafah Pertama:
Semut tidak pernah pasrah dengan keadaan. Jika semut tekurung di suatu tempat atau ada yang mencoba menghalang jalannya, maka ia akan berusaha keluar dari kurungan dan rintangan itu dengan cara memanjat, melintas dari bawah atau dari samping. Jika semua jalan tertutup, ia akan terus bergerak dan mencari jalan lain.
Karena itu, jangan pernah menyerah dan pasrah pada keadaan! Carilah jalan lain agar Anda sampai pada tujuan yang Anda inginkan!
Falsafah Kedua:
Semut selalu berpikir agar bisa mempertahankan hidupnya sepanjang musim panas di masa yang akan datang.
Karena itu, sangat picik pemikiran kita, jika kita berpikir bahwa musim panas akan berlangsung selamanya. Di waktu musim dingin, semut sudah mengumpulkan makanannya yang didapat pada pertengahan musim panas. Ini sama seperti kata orang bijak, “Janganlah membangun rumah di atas pasir di musim panas!” Kita harus berpikir ke depan, dan memperkirakan bagaimana jika badai dan hujan datang di musim hujan. Maka, perhatikan dan jangan lupa keadaan tanah yang kering dan keras, sewaktu Anda sedang menikmati panasnya cahaya matahari dan bebatuan.
Sumber: Belajar dari Ayat-ayat Allah yang Tersirat, hal. 186-187)